Kartunet.com, sebagai media masyarakat yang peduli pada hal yang berkaitan dengan disabilitas
, bekerja sama dengan
ASEAN Blogger Community dan didukung oleh XL Axiata mengadakan "Kontes Blogging
KARTUNET 2013" memiliki tujuan untuk mengajak para blogger merenung,
berpikir lagi dan berpendapat tentang aksesibilitas dan fasilitas umum yang ada
disekitar kita yang kurang nyaman bagi warga indonesia yang normal, lalu
bagaimana dengan warga indonesia yang memiliki disabilitas ?
Mari kita mulai dari awal, Fasilitas Umum menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah fasilitas yg disediakan untuk kepentingan
umum. Bila yang berjudul
kepentingan umum, itu berarti berurusan dengan banyak warga. Tidak ada
keegoisan atau individualisme didalam penggunaan fasilitas tersebut. Walaupun
ya, terkadang ada saja yang bersikap seperti itu. Maklum, manusia.
Namun, apakah Fasilitas Umum atau lebih unyunya kita panggil
FASILUM itu benar – benar memenuhi kepentingan orang banyak? Apakah para
pengguna Fasilum itu telah merasa terlayani dan terbantu dengan fasilitas
tersebut? Menurut pandangan saya sendiri, jawabannya adalah : ‘SEDIKIT
MELENCENG DARI KATA NYAMAN’. Mengapa begitu?
Sebagai contohnya adalah halte. Tentu kita semua tahu untuk apa
halte itu? Kecuali orang bule mungkin mereka tak mengerti apa itu ‘halte’.
Halte adalah tempat penungguan alat transportasi umum. Tetapi, dalam
realitanya, halte hanyalah tempat nangkring beberapa orang dan terkadang tempat
itu seperti teronggok tak berguna. Tetapi, di daerah saya lumayan segelintir
orang senang menunggu kendaraan umum mereka di halte. Walaupun keadaannya
mengenaskan; Kursi halte rusak, atap bocor, bahkan terkadang ada beberapa tiang
penyangga yang terlihat rapuh, patah, retak – retak, dan nyaris patah. Tentu,
hal ini berbahaya bagi keselamatan warga. Bagaimana bila ada angin besar?
Apakah tiang penyangga itu masih dapat berdiri kokoh sebagaimana mestinya?
Bagaimana bila ada hujan besar? Apakah para warga perlu memakai payung di bawah
atap? Lucu. Bukannya atap itu untuk melindungi dari hujan? Mengapa harus pakai
payung? Ha ha.
Kemudian, sadarkah kita? Kita sama sekali tak peduli akan hal itu.
Halte rusak dan tidak nyaman, bukankah masih ada tempat berteduh yang cocok
untuk memberhentikan kendaraan umum, kan? Ya, itu bagi mereka yang normal.
Lalu, bagaimana dengan orang – orang yang mengalami disabilitas fisik? Tentu
dari kita semua tak ada yang mau merasakan disabilitas fisik. Sekali lagi,
tidak ada! Tapi cobalah kita merasakan menjadi mereka yang luar biasa ini. Yah,
sebut mereka manusia super.
Saat para manusia super yang mengalami disabilitas netra, mereka
harus berjalan dengan tongkat mereka. Meraba – raba jalan yang akan dilaluinya
aman atau tidak. Mungkin bila kita yang normal ini melakoninya, itu hal yang
mudah. Buang saja tongkatmu, jalan saja seenakmu. Tapi bagi manusia super ini
tidak. Ketika jalan berlubang, trotoar berlubang, atau lubang – lubang lainnya,
bila mereka tak mengetahuinya sudah barang tentu pasti mereka akan terjatuh,
terperosok. Dan tentu saja, terjatuh itu sakit. Bayangkan kita menjadi manusia
super ini. terjatuh di sebuah saluran air yang kedalamannya bisa mencapai 3
meter, mereka disabilitas netra, dan.. kita tahu, saluran air itu basah. Tentu,
itu sangat merepotkan.
Ketika para manusia super yang menyandang disabilitas wicara atau
rungu. Saat mereka terjatuh, apakah mereka dapat berteriak minta tolong? Tidak.
Lalu, siapa yang akan menolong mereka? Ya, bila jika ada yang melihatnya
mungkin mereka akan tertolong. Namun, bila fatalnya tidak ada? Apakah mereka
akan berjuang sendiri?
Yang diinginkan dari manusia super ini adalah kenyamaan dalam
menggunakan fasilum. Tentu, mereka tak pernah meminta kepada Tuhan untuk
mendapatkan ‘kelebihan’ seperti ini. Para manusia super ini tentu memiliki hak
sebagai warga negara dan pastinya mereka berhak mendapat hak – hak tersebut.
Hak sebagai warga negara tak memandang ia lebih ataupun kurang, kan? Coba kita
buka mata kita, buka mata hati kita, buka indra pendengaran kita. Rasakan bila
menjadi mereka. Mereka sama dengan kita, tak berbeda. Kita selalu menuntut
kepada wakil rakyat yang terhormat untuk memperbaiki jalan, menuntut
karena fasilum yang tidak nyaman. Para manusia super juga sama, mereka seperti
kita. Hanya bedanya, terkadang mereka lebih suka diam dan menyimpan segala
protesan itu.
Pasti yang mereka inginkan adalah fasilum yang mengertikan para
manusia super ini. Bukankah terdengar lucu bila mereka yang selalu mengertikan
dengan fasilum yang jauh dari kata nyaman? Saat mereka berjalan di trotoar,
mungkin lebih baik lubang saluran air di trotoar ditutup agar siapapun tak akan
terperosok kesana. Saat mereka berada di halte busway, mereka berharap pasti
ada sebuah pegangan yang menuntun mereka untuk menaiki buswaynya. Saat mereka
menaiki kendaraan umum,. mereka tentu butuh petunjuk dan pengingat telah sampai
mana mereka dan kapan mereka akan berhenti pada tempat tujuannya.Tapi jangan
hanya menuntut kenyamanan fasilum, selain itu tentu mereka butuh orang lain
untuk membantu, yaitu kita yang mampu melengkapi segala ‘kelebihan’ yang mereka
punya. Kita melengkapkan apa yang seharusnya mereka miliki. Membantu sesama itu
bukan hal yang sulit, kan?
Maka dari itu saya berharap semua fasilum yang ada
tetapi rusak dan tidak memadahi untuk para manusia super ini untuk segera
dibenahi senyaman mungkin sehingga semua warga indonesia termasuk para manusia
super tersebut dapat menikmati fasilum yang nyaman dan jangan lupa kita sebagai
manusia yang normal juga harus mampu melengkapi apa yang seharusnya mereka
milik. Semoga dengan adanaya "Kontes Blogging KARTUNET
2013" dengan tema "Aksesibilitas Tanpa Batas" yang
dilakukan oleh Kartunet.com bekerja
sama dengan ASEAN Blogger Community dan didukung oleh XL Axiata ini
dapat menyalurkan pendapat-pendapat yang telah kita harapkan.
Amiiiinnnnnn......