indra's tips & tricks

Tuesday, March 12, 2013

Kartunet Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas : Realitas Fasilum

Kontes Blogging Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa Batas
Kartunet.comsebagai media masyarakat yang peduli pada hal yang berkaitan dengan disabilitas, bekerja sama dengan ASEAN Blogger Community dan didukung oleh XL Axiata mengadakan "Kontes Blogging KARTUNET 2013" memiliki tujuan untuk mengajak para blogger merenung, berpikir lagi dan berpendapat tentang aksesibilitas dan fasilitas umum yang ada disekitar kita yang kurang nyaman bagi warga indonesia yang normal, lalu bagaimana dengan warga indonesia yang memiliki disabilitas ?

Mari kita mulai dari awal, Fasilitas Umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah fasilitas yg disediakan untuk kepentingan umum. Bila yang berjudul kepentingan umum, itu berarti berurusan dengan banyak warga. Tidak ada keegoisan atau individualisme didalam penggunaan fasilitas tersebut. Walaupun ya, terkadang ada saja yang bersikap seperti itu. Maklum, manusia.

Namun, apakah Fasilitas Umum atau lebih unyunya kita panggil FASILUM itu benar – benar memenuhi kepentingan orang banyak? Apakah para pengguna Fasilum itu telah merasa terlayani dan terbantu dengan fasilitas tersebut? Menurut pandangan saya sendiri, jawabannya adalah : ‘SEDIKIT MELENCENG DARI KATA NYAMAN’. Mengapa begitu?

Sebagai contohnya adalah halte. Tentu kita semua tahu untuk apa halte itu? Kecuali orang bule mungkin mereka tak mengerti apa itu ‘halte’. Halte adalah tempat penungguan alat transportasi umum. Tetapi, dalam realitanya, halte hanyalah tempat nangkring beberapa orang dan terkadang tempat itu seperti teronggok tak berguna. Tetapi, di daerah saya lumayan segelintir orang senang menunggu kendaraan umum mereka di halte. Walaupun keadaannya mengenaskan; Kursi halte rusak, atap bocor, bahkan terkadang ada beberapa tiang penyangga yang terlihat rapuh, patah, retak – retak, dan nyaris patah. Tentu, hal ini berbahaya bagi keselamatan warga. Bagaimana bila ada angin besar? Apakah tiang penyangga itu masih dapat berdiri kokoh sebagaimana mestinya? Bagaimana bila ada hujan besar? Apakah para warga perlu memakai payung di bawah atap? Lucu. Bukannya atap itu untuk melindungi dari hujan? Mengapa harus pakai payung? Ha ha.


Kemudian, sadarkah kita? Kita sama sekali tak peduli akan hal itu. Halte rusak dan tidak nyaman, bukankah masih ada tempat berteduh yang cocok untuk memberhentikan kendaraan umum, kan? Ya, itu bagi mereka yang normal. Lalu, bagaimana dengan orang – orang yang mengalami disabilitas fisik? Tentu dari kita semua tak ada yang mau merasakan disabilitas fisik. Sekali lagi, tidak ada! Tapi cobalah kita merasakan menjadi mereka yang luar biasa ini. Yah, sebut mereka manusia super.

Saat para manusia super yang mengalami disabilitas netra, mereka harus berjalan dengan tongkat mereka. Meraba – raba jalan yang akan dilaluinya aman atau tidak. Mungkin bila kita yang normal ini melakoninya, itu hal yang mudah. Buang saja tongkatmu, jalan saja seenakmu. Tapi bagi manusia super ini tidak. Ketika jalan berlubang, trotoar berlubang, atau lubang – lubang lainnya, bila mereka tak mengetahuinya sudah barang tentu pasti mereka akan terjatuh, terperosok. Dan tentu saja, terjatuh itu sakit. Bayangkan kita menjadi manusia super ini. terjatuh di sebuah saluran air yang kedalamannya bisa mencapai 3 meter, mereka disabilitas netra, dan.. kita tahu, saluran air itu basah. Tentu, itu sangat merepotkan.


Ketika para manusia super yang menyandang disabilitas wicara atau rungu. Saat mereka terjatuh, apakah mereka dapat berteriak minta tolong? Tidak. Lalu, siapa yang akan menolong mereka? Ya, bila jika ada yang melihatnya mungkin mereka akan tertolong. Namun, bila fatalnya tidak ada? Apakah mereka akan berjuang sendiri?

Yang diinginkan dari manusia super ini adalah kenyamaan dalam menggunakan fasilum. Tentu, mereka tak pernah meminta kepada Tuhan untuk mendapatkan ‘kelebihan’ seperti ini. Para manusia super ini tentu memiliki hak sebagai warga negara dan pastinya mereka berhak mendapat hak – hak tersebut. Hak sebagai warga negara tak memandang ia lebih ataupun kurang, kan? Coba kita buka mata kita, buka mata hati kita, buka indra pendengaran kita. Rasakan bila menjadi mereka. Mereka sama dengan kita, tak berbeda. Kita selalu menuntut kepada  wakil rakyat yang terhormat untuk memperbaiki jalan, menuntut karena fasilum yang tidak nyaman. Para manusia super juga sama, mereka seperti kita. Hanya bedanya, terkadang mereka lebih suka diam dan menyimpan segala protesan itu.

Pasti yang mereka inginkan adalah fasilum yang mengertikan para manusia super ini. Bukankah terdengar lucu bila mereka yang selalu mengertikan dengan fasilum yang jauh dari kata nyaman? Saat mereka berjalan di trotoar, mungkin lebih baik lubang saluran air di trotoar ditutup agar siapapun tak akan terperosok kesana. Saat mereka berada di halte busway, mereka berharap pasti ada sebuah pegangan yang menuntun mereka untuk menaiki buswaynya. Saat mereka menaiki kendaraan umum,. mereka tentu butuh petunjuk dan pengingat telah sampai mana mereka dan kapan mereka akan berhenti pada tempat tujuannya.Tapi jangan hanya menuntut kenyamanan fasilum, selain itu tentu mereka butuh orang lain untuk membantu, yaitu kita yang mampu melengkapi segala ‘kelebihan’ yang mereka punya. Kita melengkapkan apa yang seharusnya mereka miliki. Membantu sesama itu bukan hal yang sulit, kan?

   Maka dari itu saya berharap semua fasilum yang ada tetapi rusak dan tidak memadahi untuk para manusia super ini untuk segera dibenahi senyaman mungkin sehingga semua warga indonesia termasuk para manusia super tersebut dapat menikmati fasilum yang nyaman dan jangan lupa kita sebagai manusia yang normal juga harus mampu melengkapi apa yang seharusnya mereka milik. Semoga dengan adanaya "Kontes Blogging KARTUNET 2013" dengan tema "Aksesibilitas Tanpa Batas" yang dilakukan oleh Kartunet.com bekerja sama dengan ASEAN Blogger Community dan didukung oleh XL Axiata ini dapat menyalurkan pendapat-pendapat yang telah kita harapkan. Amiiiinnnnnn......

0 komentar:

Post a Comment